 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan triwulan III tahun 2012 ( q to q ) mengalami pertumbuhan 5,1 persen (dengan migas)

Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan triwulan III tahun 2012 ( q to q ) mengalami pertumbuhan  5,1 persen (dengan migas) dan 6,3 persen tanpa migas dibanding kondisi triwulan II tahun 2012. Sedangkan perkembangan year on year   ( y on y ) mengalami pertumbuhan sebesar 5,8 persen dengan migas dan pertumbuhan tanpa migas 8,2 persen dibanding kondisi  triwulan III tahun 2011.

Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun 2012 mencapai Rp.53,27 triliun  dengan migas dan tanpa migas Rp.41,28 triliun. Sedangkan  PDRB  atas  dasar  harga  konstan  2000 dengan migas pada periode yang sama mencapai Rp.18,81 triliun dan tanpa migas Rp.15,44 triliun.

Tiga sektor   yang  mengalami  pertumbuhan tertinggi  ( q to q ) yaitu sektor pertanian 14,3 persen, sektor pengangkutan & komunikasi 5,0 persen, dan sektor bangunan 5,0 persen. Sementara itu pertumbuhan ( y on y ) sektor pengangkutan & komunikasi 12,0 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 9,7 persen, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9,6 persen

Di sisi penggunaan, pada triwulan III tahun 2012, PDRB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 61,3 persen, konsumsi lembaga swasta nir laba sebesar 1,1 persen, konsumsi pemerintah 9,9 persen, pembentukan modal tetap domestik  bruto 26,97 persen, serta ekspor netto negatif 2,6 persen (ekspor 39,9 persen dan impor 42,5 persen). Nilai negatif pada ekspor netto menunjukkan peranan impor lebih dominan daripada ekspor

Pertumbuhan ekonomi penggunaan (q to q) menunjukkan pertumbuhan positif pada semua komponen kecuali pada konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif 7,6 persen. Sedangkan perkembangan year on year  (y o y) juga bernilai positif pada semua komponen kecuali pada konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif 0,8 persen dengan pertumbuhan tertinggi pada PMTDB sebesar 11,3 persen. Lambatnya pencairan anggaran pemerintah sampai dengan triwulan III tahun 2012 menyebabkan pertumbuhan konsumsi pemerintah terkontraksi.